Jumat, 24 September 2010

Sulteng 2011–2016

Oleh: DR Hasanuddin Atjo MP *

TULISAN ini hanya sebuah gagasan yang mungkin saja akan bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagai salah satu referensi untuk menyusun sebuah grand design pembangunan di Sulawesi Tengah 2011-2016. Semakin banyak referensi yang mengilhaminya, maka harapan kita adalah terciptanya sebuah grand design yang mendekati kesempurnaan. Sulawesi Tengah adalah provinsi yang berbasis sumberdaya alam, memiliki luas daratan 63.000 km2 (setelah dikoreksi), luas wilayah laut 193.000 km2 dengan panjang garis pantai 4013 km dan memiliki pulau-pulau kecil 1020 buah, dengan kata lain sekitar 38 % luas wilayah Sulawesi berada di Sulawesi Tengah. Di dalamya terkandung sejumlah potensi, diantaranya potensi pengembangan kelautan dan perikanan, perkebunan, peternakan, pangan dan hortikultura, kehutanan, pariwisata serta pertambangan.
Evaluasi lima tahun (2004 -2008) menunjukkan bahwa kemajuan perekonomian daerah ini cukup menggembirakan, utamanya kalau dibandingkan dengan provinsi di kawasan timur Indonesia lainnya. Nilai PDRB Sulawesi Tengah pada 2008 sebesar Rp14,746 Triliun dan berada pada urutan ke-5 dari 12 povinsi di kawasan timur Indonesia, setelah Sulsel (Rp44,549 Triliun), Papua (Rp18,915 Triliun), NTB (Rp16,80 Triliun), dan Sulut (Rp15,428 Triliun).
Namun yang membanggakan kita bahwa pertumbuhan PDRB rata-rata Sulteng adalah yang tertinggi dari 12 provinsi yaitu 7,63%, menyusul Sultra 7,62% dan Gorontalo 7,23%. Kita berharap dengan grand design yang baik, PDRB di Sulteng pada 2016 akan lebih baik lagi, setidaknya berada pada posisi ke-2 setelah Sulawesi Selatan atau katakanlah meningkat dua kali lipat menjadi Rp29,492 Triliun. Ini tentunya perlu didukung dan diperjuangkan, serta kerja keras dari kita semua, insyah Allah. Meningkatnya PDRB secara signifikan tentunya akan berimplikasi terhadap berkurangnya angka kemiskinan (pro poor), membuka lapangan kerja (pro job), dan mendorong perkembangan ekonomi wilayah (pro growth).
Pertanyaannya, bagaimana strategi untuk mewujudkan impian atau obsesi itu? Jawabnya, ada dua program utama yang harus menjadi fokus kita, yaitu modernisasi teknologi dan reformasi birokrasi. Malaysia, negara yang luasnya hampir sama dengan pulau Sulawesi, mendorong ekonominya dengan memanfaatkan sumberdaya alam secara efektif dan efisien. Sejak lama negeri ini telah mengimplementasikan dua program itu secara parallel serta konsisten. Kini negeri ini telah menjadi bangsa yang ekonominya maju pesat, antara lain penghasil karet dan sawit terbesar dunia, penghasil udang yang diperhitungkan dan bahkan beberapa produk pangan seperti telur ayam telah masuk ke pasar domestik Indonesia dengan harga yang lebih murah.
Pada tahun 2008 nilai IPM (indeks pembangunan manusia) negeri ini berada di urutan 66 dunia dengan nilai 0,829 dari 182 negara yang diukur. Sedangkan Indonesia berada di rutan 111 dengan nilai 0,734. Sebelumnya kita tahu bahwa di bidang pertanian (arti luas) mereka banyak belajar dari Indonesia, bahkan banyak lulusan pertanian negeri kita pada waktu itu hingga sekarang bekerja di Malaysia. Karena itu tidak heran kalau saat ini bangsa negeri jiran itu memiliki rasa percaya diri dan kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perubahan-perubahan global. Indikasi ini dapat dilihat antara lain menolak tawaran pinjaman IMF dan cepat beradaptasi pada saat krisis finansial dunia tahun 1998 dan dalam beberapa tahun terakhir terindikasi berani melanggar kedaulatan negara kesatuan RI.
Pertanyaan selanjutnya adalah, modernisasi teknologi dan reformasi seperti apa yang diperlukan dan bagaimana implementasikannya?
MODERNISASI TEKNOLOGI
Kalau kita sepakat tentang arah pembangunan, maka salah satu arah pembangunan di provinsi ini adalah pengembangan industri berbasis pertanian. Mengapa? Karena provinsi ini memiliki sejumlah komoditi unggulan di antaranya rumput laut, ikan tuna, coklat, kelapa dalam, padi, hortikultura, ternak besar, rotan, kayu eboni dan wisata alam. Komoditi rumput laut dan coklat telah menjadikan Sulawesi Tengah sebagai penghasil bahan baku, raw material tiga besar di Indonesia. Selain itu share atau kontribusi sektor pertanian (arti luas) terhadap PDRB daerah ini lebih dominan dari delapan sektor lainnya yaitu sekitar 42% pada tahun 2008. Berkembangnya industri yang berbasis pertanian, menyebabkan nilai tambah terbesar akan berada di daerah ini.
Ketersedian bahan baku yang tepat mutu, jumlah dan waktu yang dikerjakan secara efektif dan efisien agar berdaya saing adalah wajib hukumnya bagi berkembangnya sebuah industri. Karena itu modernisasi teknologi pada hulu dan hilir menjadi mutlak adanya.
Ada dua hal yang menjadi titik kritis dalam melakukan modernisasi teknologi, yaitu meracik teknologi agar dapat diaplikasikan dan mempersiapkan masyarakat yang akan mengimplementasikan teknologi itu. Meracik teknologi aplikatif bukanlah perkara mudah karena diperlukan kemampuan dan kreasi untuk mensinergikan teknologi-teknologi dasar yang telah dihasilkan oleh lembaga riset dan perguruan tinggi. Sudah sangat banyak teknologi-teknologi dasar yang dihasilkan oleh putra bangsa termasuk di daerah ini, namun realitasnya masih terbentur kepada persoalan mensinergikannya dan baru selesai pada tataran melaksanakannya pada seminar, workshop ataupun laporan sebagai bentuk pertangungjawaban.
Mempersiapkan masyarakat yang akan mengimplementasikan teknologi ini juga sama sulitnya dan masih diperhadapkan pada masalah harmonisasi pusat dan daerah serta harmonisasi antar sektor. Sehubungan dengan itu, maka diperlukan sebuah format untuk melaksanakan modernisasi teknologi di daerah ini.
REFORMASI BIROKRASI
Reformasi birokrasi di republik ini sudah berlangsung lama, namun belum memberikan sebuah perubahan yang signifikan. Reformasi bermakna sebagai upaya menata kembali satu kelembagaan agar fungsi yang diemban dapat diwujudkan secara maksimal. Sedangkan birokrasi adalah kelembagaan pemerintah yang berperan dalam penyelenggaraan pembangunan demi kesejahteraan rakyat seperti yang diamanatkan UUD 1945.
Dalam konteks tulisan ini, makna reformasi birokrasi adalah bagaimana semua komponen terkait mempunyai visi yang sama bahwa salah satu arah pembangunan di Sulawesi Tengah adalah “pengembangan industri berbasis pertanian”. Karena itu diperlukan perubahan mindset atau paradigma dan ini tentunya memerlukan sebuah proses yang panjang dan tidak mudah, namun harus dimulai.
Perubahan-perubahan itu tidak hanya terkait dengan perencanaan dan penganggaran, tetapi sampai kepada kemudahan, kecepatan dan ketepatan pelayanan kepada masyarakat dan pengusaha. Evaluasi 2005-2009 menunjukkan bahwa secara nasional dan provincial keberpihakan penganggaran terhadap sektor ini relatif kecil, demikian juga dengan kemudahan, kecepatan dan ketepatan pelayanan relatif lamban.
Sebagai contoh total anggaran pembangunan untuk sektor pertanian dari APBN dalam lima tahun terkhir kurang dari 4 persen demikian juga anggaran dari APBD provinsi di daerah ini. Ditengarai salah satu sebabnya adalah sektor ini belum sepenuhnya mampu memberikan argumentasi bahwa diperlukan dukungan angaran yang besar. Selain itu belum tercipta visi yang sama antara pusat dan daerah maupun antar sektor akan pentingnya pengembangan industri berbasis pertanian.
Selanjutnya kecepatan pelayanan investasi di sektor pertanian di Indonesia memerlukan waktu kurang lebih 100 hari sedangkan di Malaysia kurang dari 15 hari. Pada tahun 2011 rupanya sudah ada perbaikan ke arah sana karena anggaran APBN untuk sektor ini (tiga kementrian yaitu Kelautan-Perikanan; Pertanian dan Kehutanan) meningkat hampir 100%. Harapan kita tentunya mulai perencanaan, pengganggaran sampai kepada pelayanan di provinsi ini akan lebih baik dan salah satunya akan berpihak kepada pengembangan industri yang berbasis pertanian.
IMPLEMENTASI
Semangat membangun sektor pertanian sejak dahulu telah ada, bahkan pada periode orde baru telah disusun rencana jangka pendek 5 tahunan, jangka menengah dan jangka panjang 25 tahunan yang dikenal dengan Repelita. Sasaran akhir dari pembangunan jangka panjang 25 tahunan adalah menjadikan Indonesia sebagai negara industri yang berbasis pertanian. Semangat ini juga sampai ke daerah seperti di Sulteng dikenal dengan program Gerbosbangdesa (gerakan terobosan membangun desa) dan Gemabangdesa (gerakan mandiri membangun desa); di Sulsel dikenal dengan Triprogram dan di Sultra dengan sebutan Gersamata.
Semangat ini mulai sirna seiring dengan tuntutan reformasi pada waktu itu sehingga terjadi penyerahan kepemimpinan dari Presiden Soeharto ke wakilnya B.J. Habibie. Semangat ini semakin bertambah sirna setelah pemberlakuan otonomi daerah, oleh karena masing-masing kabupaten/kota merancang pembangunan pertaniannya cenderung berdasarkan keinginan masing-masing, tanpa koordinasi dan harmonisasi yang baik.
Saatnya semangat itu dibangun kembali, karena masyarakat di negeri sebahagian besar menggantungkan hidupnya kepada pemanfaatan sumberdaya alam khususnya pemanfaatan sumberdaya pertanian. Hanya saja dalam pengembangan ini ada pembagian tugas yang jelas antara pusat-provinsi dan kabupaten. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kewilyahan yang mana provinsi mengambil peran mengkordinasikan kabupaten/kota dan kabupaten berperan sebagai lokasi implementasi program.
Salah satu ilustrasi yang dapat digambarkan kepada kita adalah pengembangan komoditi rumput laut di Sulawesi Tengah. Berdasarkan kewilayahan maka pengembangan rumput laut dibagi menjadi tiga cluster yaitu Cluster I, Selat Makassar dan laut Sulawesi yang terdiri dari Kabupaten Buol, Donggala, kota Palu dengan pusat cluster Kabupaten Tolitoli; Cluster II, Teluk Tomini terdiri dari Kabupaten Poso, Tojo Unauna, Banggai dengan pusat cluster Kabupaten Parigi Moutong; Cluster III, Teluk Tolo yang terdiri dari Kabupaten Banggai Kepulauan, Banggai, dengan Kabupaten Morowali sebagai pusat cluster.
Dengan pendekatan seperti ini, maka pengembangan rumput laut akan berskala ekonomi dan industri akan terbangun. Pusat cluster akan berperan sebagai pusat informasi, distribusi dan processing. Demikianlah beberapa pemikiran yang dapat menjadi referensi bagi siapa saja demi kemajuan pembangunan di daerah ini. Semoga.(*)
(Hasanuddin Atjo, adalah Kadis Kelautan dan Perikanan Sulteng)

Kode iklan, banner, pesan atau apapun di pasang disini!

0 komentar:

Posting Komentar

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified