Minggu, 28 Agustus 2011

Rekontruksi Ramadhan: Reorientasi Nilai Islam di Bulan Suci

Rekontruksi Ramadhan: Reorientasi Nilai Islam di Bulan Suci

“Tiba-tiba tampak sebuah tikungan jalan, sebuah titik balik. Di suatu tempat, panorama nyata menghilang, panorama dimana Anda masih mempunyai aturan bermain dan pegangan tempat bergantung.” (Jean Baudrillard)

Setiap jengkal waktu yang mengiringi kehidupan kita saat ini tidak pernah sedikitpun terlepas dengan intervensi. Seperti ketika kita melihat sebuah panorama, kadang-kadang realitas obyektif tersebut dapat kita tanggapi dengan berbagai macam penilaian. Kadang keindahan yang kita nikmati merupakan kebrutalan bagi orang lain, begitu juga sebaliknya. Karena kita tidak memiliki pegangan bersama sehingga kita bebas untuk menilai.

Bulan Ramadhan adalah bulan penuh rahmat karena berbagai kejutan akan menghiasi setiap detik yang kita jalani. Malaikat akan berlomba-lomba mencatat semua kebaikan kita dan menjadikannya berlipat ganda. Tetapi jika kita melihat realitas yang ada, kita akan melihat bahwa penilaian terhadap Ramadhan berbeda-beda. Cara merayakannya pun berbeda-beda, karena saat ini kita dihadapkan oleh kebebasan untuk berekspresi. Namun sayangnya, banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka telah membunuh makna ramadhan sendiri, yaitu merayakannya dengan cara yang tidak Islami.

Seperti yang dikatakan Baudrillard, saat ini kita hidup dalam sebuah panorama dimana kita tidak mengetahui aturan main dan pegangan hidup. Hidup yang kita jalani adalah usaha pemenuhan hasrat akan dinamika yang berubah sangat cepat dan untuk meraihnya kita harus melepaskan pegangan kita agar kita bisa berlari.

Menurut George Soros dalam tesisnya a global open society masyarakat global dilandasi oleh prinsip individualisme, liberalisme, dan keterbukaan. Ia menggambarkan bahwa nilai-nilai semata-mata adalah masalah pilihan individu sehingga nilai dipandang sebagai kebenaran relatif yang meniadakan hukum Allah sebagai hal yang fitrah atau tetap (settled rules).

Pemerkosaan Bulan Suci Ramadhan

            Masyarakat Global adalah masyarakat liberal yang dihadapkan dengan kebebasan memilih atas terbukanya sekat-sekat yang dulunya pernah merintangi hidupnya. Namun jika ditinjau lebih dalam kebebasan tersebut hanyalah sebuah ilusi karena mereka dipaksakan untuk memilih beberapa alternatif yang telah dikontruksi sebelumnya.

            Bisa dikatakan bahwa saat ini kita hidup dalam ruang hiperealitas, kita tidak sadar bahwa apa yang kita lihat sebagai kenyataan sebetulnya adalah kontruksi atau rekayasa realitas lewat teknologi informasi[1]. Akibat dari keterbukaan yang disuguhkan oleh globalisasi maka kontrol sosial semakin melemah. Nilai-nilai yang selama ini dipegang teguh (Hukum Allah) menjadi tumbal atas kegilaan-kegilaan menikmati ektase ekonomi, sosial budaya, dan teknologi.

            Sebagai contoh kita dapat melihat berbagai sajian televisi yang bertemakan ramadhan. Mulai dari sinetron, parodi hingga iklan memanfaatkan momen ini sebagai sebuah peluang untuk menarik perhatian audience. Sayangnya mereka melakukan berbagai macam cara untuk meraihnya dan akhirnya nilai-nilai dan substansi dari bulan ramadhan pun dikorbankan. Lihat saja isi dari acara-acara tersebut yang merupakan hasil perkawinan dari budaya-budaya kapitalis. Belum lagi kalau kita melihat fenomena mengenai gaya penampilan (fashion) dan tingkah laku dari aktor.

            Sebagaimana yang telah dikatakan diatas bahwa realitas adalah hasil dari kontruksi. Media massa memiliki posisi strategis untuk melakukan hal tersebut. Hal tersebut didukung dengan semakin canggihnya teknologi yang memudahkan masyarakat untuk mengaksesnya. Secara tidak sadar gaya hidup tidak islami yang kita lihat ditengah-tengah kita adalah hasil dari kontruksi media massa. Nilai-nilai yang tidak islami ditransformasikan menjadi hal yang islami dan sangat manusiawi.

            Sebagai seorang muslim tentunya kita harus mengkritisi permasalahan tersebut. Ketika kita melihat terjadinya penodaan terhadap nilai-nilai Islam, maka merupakan kewajiban kita untuk menyucikannya kembali.

Boikot dan Tandingi!


Efek kontruksi sosial secara gamblang dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya pada bulan ramadhan ini. Ada dua solusi yang ditawarkan untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu aksi nyata untuk memboikot dan menandingi media yang menanamkan nilai-nilai yang tidak islami.

Memboikot adalah dengan cara tidak menggunakan atau mendukung progam-progam yang menyiarkan hal yang tidak islami. Salah satu hal yang mudah adalah dengan mematikan TV Anda ketika melihat acara-acara yang tidak bermutu. Saat ini kehidupan televise masih disokong oleh jumlah rating yang mereka dapat. Apabila kita mau mematikan televise setidaknya kita telah berusaha untuk menghapus progam televise yang tidak islami.

Solusi yang kedua adalah menandingi peran media. Ketika kita melihat penyimpangan di dalam masyarakat mungkin hl itu disebabkan karena ketidaktahuan masyarakat akan hal tersebut. Media yang memiliki posisi straategis seolah menjustifikasi tindakan tersebut. Sebagai seorang muslim kita harus mengkritisi dan melakukan aksi nyata, setidaknya dengan mengingatkan orang-orang disekitar kita.

Kode iklan, banner, pesan atau apapun di pasang disini!

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified