Sabtu, 04 Desember 2010

Are we equal in Democracy?

Are we equal?


(Apakah kita sama?)
 
Siapa yang tidak kenal dengan demokrasi dewasa ini. Atmosfer demokrasi sangat kuat kita rasakan dalam bidang politik saat ini. Bahkan suatu negara yang tidak menganut paham ini akan dianggap “salah”. Arus demokrasi berkembang pesat tidak hanya dibidang politik, tetapi juga ekonomi yang ditandai dengan kesempatan bagi semua orang untuk memasuki pasar dan memperoleh taraf hidup yang layak.
Konsep demokrasi diawali dengan tuntutan persamaan (egalite) dan kebebasan (liberte) pemerintah terhadap rakyatnya. Pemerintah yang dikehendaki pun berasal dari rakyat dan untuk rakyat. Dijelaskan dalam Declaration of independence pada trahun 1776 bahwa untuk menjamin hak-hak rakyat, dibentuklah pemerintah-pemerintah di kalangan umat manusia, yang mendapatkan kekuasaan yang sah karena memperoleh persetujuan dari rakyat yang diperintah.  
Pemerintah memperoleh otoritas dari rakyat untuk menjamin hak-hak warganya tercapai dan terjamin. Tidak ada bentrokan kepentingan antar warga negara sehingga kehidupan masyarakat dapat terjamin.
Konsep diatas baru menjelaskan konsep demokrasi pada suatu negara. Lalu bagaimana dengan demokrasi antar warga-warga di dunia dan antar negara di dunia? Kalau kita melihat sistem pemerintah, mayoritas negara di dunia menganut demokrasi. Pertanyaannya apakah demokrasi ini mampu menjamin kesetaraan hak sesama masyarakat dunia dan mampu menjamin perdamaian dunia? Jangan-jangan saat ini kita telah dicuci otak dengan hegemoni demokrasi dan menganggap sistem inilah yang paling sempurna dan benar tanpa pikiran kritis kita.
Mengenai persamaan, dalam kitab-kitab suci tentu kita mengenal ras-ras unggul. Jadi secara lahiriah manusia secara keturunan genetik memang diciptakan berbeda dan ada yang lebih unggul dari yang lain. Jika kita membaca jurnal-jurnal yang ditulis oleh Nietzsche kita juga akan menemui manusia unggul. Dalam jurnal-jurnalnya kita akan mendapati istilah-istilah overman atau superman yang mendeskripsikan mengenai manusia unggul.
Memang Nietzsche tidak pernah mengatakan bahwa secara genetik ada suatu jenis ras tertentu yang lebih unggul dari yang lain. Ia percaya bahwa manusia unggul itu diciptakan dan ditumbuhkan dalam tiga hal yaitu kekuatan, kecerdasan dan kebanggaan.
Bagi Nietzsche demokrasi yang ada saat ini sudah menyalahi hukum alamiah manusia yang berusaha untuk lebih unggul dari yang lainnya. Tentu saja kita juga menyadari bahwa kita ingin menjadi lebih baik lagi. Kita ingin menjadi lebih unggul dari yang lain.
Kita dapat mengambil contoh dalam kehidupan bermasyarakat kita. Tentu ada semacam persaingan atau setidaknya keinginan untuk lebih unggul dalam bidang ekonomi. Dalam kehidupan antar negara, jika dunia ini hanya mengenal demokrasi kenapa ada hak veto di dalam PBB yang memberikan hak khusus bagi negera-negara tertentu. Masih banyak contoh lain yang menunjukkan ketidaksamaan dalam ranah demokrasi dunia saat ini.
Memang jika kita menyinggung keadilan, ada berbagai konsep keadilan yang menjadi suatu persepsi manusia untuk mendapat hak dan menjalankan kewajibannya. Suatu dikatakan sama jika telah dianggap adil. Jadi keadilan dapat bersifat subyektif karena lebih bersifat persepsi manusia dan ada berbagai macam konsep keadilan.
Demokrasi dan konsep yang dibawanya terkait dengan persamaan sesama manusia mungkin bisa terjadi dalam suatu kondisi tertentu. Tetapi jika kita melihat berbagai fenomena sosial yang terjadi saat ini, banyak hal yang menunjukkan ketidaksamaan. Jadi demokrasi yang ada saat ini lebih terkesan tipuan saja, agar yang unggul dipersepsikan bertindak adil dan diposisikan sama dengan yang lain.

Kode iklan, banner, pesan atau apapun di pasang disini!

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified