Minggu, 17 April 2011

Meningkatkan Rasa Nasionalisme

Perkembangan yang terjadi ditengah kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini memang terdapat suatu fenomena yang cukup memprihatinkan. Baik disadari atau tidak fenomena tersebut telah menjadi sebuah ancaman serius bagi kelangsungan hidup bangsa dan Negara. Fenomena tersebut dapat terlihat saat rasa nasionalisme mulai menurun yang ditandai dengan sikap lebih menonjolkan kepentingan kelompok atau golongannya dan sikap fanatisme yang berlebihan. Selain itu juga adanya kemerosotan etika dalam kehidupan berbangsa, pengabaian pemahaman dan kurangnya penghayatan terhadap nilai-nilai kebangsaan yaitu, NKRI, Pancasila dan UUD 1945, serta nilai- nilai agama dan budaya serta adat istiadat.

Realitas lainnya adalah adanya mobilisasi massa dan tindakan anarkis dalam memperjuangkan kepentingannya. Seluruh komponen bangsa kini merasakan, saat ini terjadi penurunan kadar nilai-nilai nasionalisme, cinta tanah air, bela negara dan militansi kebangsaan di dalam berbagai kehidupan dan lapisan masyarakat. Lemahnya kemampuan bangsa Indonesia untuk berkompetisi, karena tidak memiliki keunggulan kompetitif yang memadai. Indonesia harus banyak belajar dari beberapa kejadian belakangan yang menunjukkan lemahnya posisi tawar sebagai bangsa. Untuk itu perlu dilakukan langkah-langkah pencegahan terhadap proses erosi dan degradasi rasa kebangsaan tersebut.

Harus diakui bahwa sejak bergulirnya arus reformasi disegala bidang, bangsa Indonesia hingga kini masih tertinggal dari negara tetangga. Rasa patriotisme, rela berkorban dan jiwa nasionalisme kini semakin memudar. Ketertinggalan dan memudarnya semangat nasionalisme ini dikarenakan munculnya berbagai gejolak sosial, seperti melambungnya harga-harga, mahalnya biaya pendidikan, meningkatnya jumlah pengangguran,kemiskinan, bencana alam yang bertubi tubi serta konflik horizontal yang merebak diberbagai daerah ditanah air. Demokratisasi yang melewati batas etika dan sopan santun, maraknya unjuk rasa yang merusak, tidak menghormati simbol-simbol negara dan melecehkan pimpinan negara, semuanya telah menimbulkan frustasi dikalangan masyarakat dan hilangnya optimisme, sehingga yang ada hanya sifat malas, egois dan emosional.

Oleh sebab itu, pasca pemilukada kabupaten banggai hendaknya dapat dijadikan renungan bagi kita senua  dalam mengembalikan semangat nasionalisme. Perlu ditumbuhkan pioneer-pioner bangsa yang mampu menggugah semangat bangsa untuk bangkit,mengembalikan semangat dan percaya diri sebagai bangsa. Janganlah merasa kita ini sebagai bangsa yang besar, kalau kita tidak dapat mengatasi persoalan bangsa ini. 

Kode iklan, banner, pesan atau apapun di pasang disini!

Perspektif Demokrasi Versus Perspektif Otoritarianisme


Dinamika Demokrasi - Pengertian dari orang-orang bahwa demokrasi adalah kedaulatan ada di tangan rakyat , dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Tafsiran demokrasi itulah sebagai cara pandang mereka (masyarakat) mengenai rakyat. Masyarakat kapitalis mengungkapkan bahwa rakyat terdiri atas individu-individu merdeka sehingga terbentuk rakyat yang merdeka. Jadi, kemerdekaan atau kebebasan manusia sebagai individulah yang paling ditekankandalam kebijakan mengurus negara. Kemerdekaan atau kebebasan individu inilah yang menjadi inti dari demokrasi, yang dipraktekkan oleh masyarakat kapitalis. Demokrasi ini dikenal dengan nama demokrasi liberal.

Masyarakat sosialis-komunis mengartikan rakyat sebagai lapisan rakyat yang menurut mereka sebagai kaum tertindas di segala bidang kehidupan. Rakyat miskin (kaum proletar dan buruh) akan memimpin revolusi sosialis melalui wakil-wakil mereka dalam partai komunis. Kepentingan yang harus diperjuangkan bukanlah kemerdekaan pribadi. Bahkan, kemerdekaan pribadi menurut masyarakat sosialis-komunis harus ditiadakan karena satu-satunya kepentingan hanyalah kepentingan rakyat secara kolektif, yang dalam hal ini diwakili oleh partai komunis. Dengan demikian masyarakat sosialis-komunis, juga mengakui kedaulatan rakyat. Mereka pun menjunjung tinggi demokrasi, yang dikenal sebagai demokrasi komunis.

Masyarakat Barat menganggap dari merekalah dunia harus belajar tentang seluk-beluk demokrasi. ajaran demokrasi memang muncul pertama kali pada masyarakat Barat. Bagi mereka, demokrasi hanyalah demokrasi
yang bercirikan kebebasan individu seperti yang mereka praktekkan. Di luar itu, kekuasaan yang cenderung mementingkan kepentingan masyarakat (secara komulatif) akan mereka beri cap otoritarianisme , mereka menganggap demokrasi komunis bersifat otoriter, demikian juga kepemimpinan tunggal yang diajarkan oleh Islam. Masyarakat Barat tidak hanya berhenti sampai pada memberi cap otoritarianisme, namun mereka memaksa semua bangsa untuk menganut demokrasi liberal, terlebih lagi setelah runtuhnya negara adidaya komunis Uni Soviet

Kode iklan, banner, pesan atau apapun di pasang disini!

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified