Selasa, 28 September 2010

Unilever Gaet ITB Sebarkan Isu "Global Warming"

Unilever Gaet ITB Sebarkan Isu Global Warming
BANDUNG--MI: Ada seorang anak pernah bertanya kepada ibundanya tentang global warming. Sayangnya, sang bunda juga tidak tahu makna dari bahasa asing itu.

"Itu karena istilah global warming hanya eksklusif di kalangan pemerintah dan para ahli. Karenanya, Yayasan Unilever Indonesia bertekad untuk membumikan istilah itu," tegas Sinta Kaniawati, General Manager Yayasan Unilever Indonesia, di Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), Jumat (25/9).

Sesungguhnya telah banyak program lingkungan terkait global warming yang diluncurkan yayasan milik perusahaan yang telah berkiprah lebih dari 76 tahun di Indonesia itu. Tapi, yang paling segar adalah Ganesha Green Fest dengan merangkul perguruan tinggi pertama di Indonesia, ITB. Acara ini dibuka selama sepekan dari 24 September sampai 1 Oktober 2010.

Sekadar informasi, sejak 2008, Green Fest biasanya diadakan secara terbuka untuk umum di Parkir Timur Senayan, Jakarta. Pada November tahun ini, acara serupa di tempat yang sama akan diadakan lagi.

Dengan menggaet Himpunan Mahasiwa Teknik Lingkungan ITB dan alumni ITB angkatan 1990, yayasan berharap dapat mencetak kader dari generasi muda berpendidikan yang mampu memberikan pencerahan kepada lingkungan kampus dan masyarakat Bandung. Untuk itu, ada training pemanasan global yang diikuti 300 peserta dari mahasiswa ITB, perguruan tinggi lain seperti Unpas dan Itenas, dan siswa SMA.

Ada juga peluncuran buku berjudul Hidup Hirau Hijau lengkap dengan bedahnya. Sekitar 300 eksemplar diberikan yayasan kepada ITB. Di dalamnya dipaparkan tentang langkah sederhana untuk mencegah pemanasan global. Contohnya, di waktu siang hari, matikan lampu dan saat dimatikan, kabel juga harus dicabut dari kontaknya.

Ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) ITB Iqbal Ariefandi tentu saja menyambut gembira kerja sama yang ditawarkan Yayasan Unilever Indonesia. "Apalagi, global warming termasuk keprofesian kami," ujarnya.

Sebelumnya, HMTL ITB telah mengadakan program eco-school selama tujuh tahun berturut-turut. Di sini, mahasiwa terjun ke SMP dan SMA yang dinilai kurang memerhatikan lingkungan untuk peduli. Hasilnya, "Seperti di SMP 9 kini sudah ada dua tempat sampah yang organik dengan anorganik. Padahal, dulunya tidak ada," kata Iqbal bersemangat.

Nah, peserta hasil godokan training dan roadshow tentang pemanasan global nanti diharapkan juga dapat membaginya ke sekolah dan masyarakat Bandung secara luas.

Rektor ITB Akhmaloka mendukung sepenuhnya kegiatan yang dinilainya bermanfaat bagi mahasiswa. Menurutnya, diskusi tentang climate change atau perubahan iklim adalah diskusi tentang masa depan. "Bagaimana Bumi kita wariskan kepada anak cucu kita dengan kondisi yang baik bukan buruk karena Bumi bukan milik kita," terangnya.

Penduduk yang semakin banyak menimbulkan kekumuhan dan eksploitasi meningkat. Akibatnya, kriminalitas juga meroket. "Saya berharap mahasiswa dapat memahami tentang sustainability human life atau keberlangsungan kehidupan manusia terkait global warming,"

Kode iklan, banner, pesan atau apapun di pasang disini!

0 komentar:

Posting Komentar

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified